Cegah sifat bully pada anak dengan pengetahuan dan pendidikan yang tepat sejak dini. Masih jelas di ingatan kita kasus penganiayaan yang menimpa Renggo Khadafi, siswa SD 09 Makasar, Jakarta Timur pada pertengahan tahun lalu. Bocah berusia 11 tahun tersebut tewas setelah dipukuli kakak kelasnya. Masalahnya sepele, Renggo tanpa sadar menjatuhkan jajanan milik pelaku di sekolah. Walaupun sudah meminta maaf, Renggo tetap harus menerima hujan pukulan yang akhirnya berujung pada maut.
Tak lama setelah kasus Renggo, publik kembali digegerkan dengan kasus penganiayaan yang menimpa siswa kelas 1 SD Padang Makmur 02, Kalimantan tengah pada november tahun lalu. Sang bocah Dayan Ahmadi yang berusia 7 tahun sampai harus menderita kebutaan pada mata kanan karena dikeroyok oleh dua kakak kelasnya. Lagi-lagi pemicu hal tersebut karena masalah sepele. Dayan tidak mau memberikan bekal makanannya kepada kakak kelasnya tersebut.
Kasus Renggo dan Dayan merupakan salah satu potret bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, yang lebih memprihatinkan, kedua pelaku dari dua kasus tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar. Sulit dipercaya memang, seorang bocah yang baru saja menginjak usia dini sudah mampu melakukan tindak kejahatan kepada sesamanya. Namun suka atau tidak, sifat bully bisa tumbuh pada anak yang tidak dibekali dengan pendidikan dan pola asuh yang tepat.
Peran Orang Tua
Aksi bullying atau penindasan terhadap yang lebih lemah memang bisa terjadi di mana saja. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, aksi ini semakin sering di jumpai di lingkungan sekolah dasar yang membuktikan bahwa sifat bully bisa muncul sejak usia dini. Sebagai orang tua, tentunya Anda tidak ingin sang buah hati menjadi korban maupun pelaku dari aksi ini.
Di sinilah peran orang tua sangat di butuhkan oleh anak, agar tidak tumbuh menjadi seseorang yang suka menindas orang lain. Ajeng mengatakan anak yang memiliki sifat bully biasanya memiliki orang tua yang tidak harmonis atau terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pada akhirnya sang anak pun kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dari sosok orang tua.
Selain itu, bibit bully pada anak juga bisa muncul dari orang tua yang kerap kali bertengkar. Anak itu bisa disebut peniru jitu dari apa yang ia lihat. Dengan menyaksikan orang tua yang sering bertengkar, otomatis akan memberikan contoh kepada anak untuk melakukan hal yang sama, yakni suka berkelahi dan bermusuhan dengan orang lain.
Lebih dari itu, amnak akan menganngap pertengkaran sebagai hal yang biasa, bahkan cenderung menjadikannya sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah. Anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang pendendam, tidak memiliki rasa menghargai, dan nilai sopan santun.
Oleh karena itu, agar sifat bully tidak terus berkembang biak hingga akhirnya menjadikan sang anak sebagai seorang pelaku kriminal, sangat penting bagi orang tua, untuk menekankan buruknya aksi bullying sejak dini. Ajarkan juga kepada anak, untuk memiliki kesabaran hati, agar tidak menjadikan balas dendam sebagai solusi terhadap hal yang kurang disukai.
Pendidikan semacam ini harus terus diterapkan dan ditekankan bukan hanya dengan nasihat, tetapi juga teladan dari orang tua dan lingkungan sekitar.
Cegah sifat bully pada anak dengan menghindari hal-hal ini:
#Lalai mengontrol isi media yang mudah diakses oleh anak
Program televisi, video game, dan film kerap kali mengumbar aksi kekerasan. Hal ini bisa mem-pengaruhi pola pikir dan sifat anak jika mengkonsumsi isi media seperti itu secara terus menerus. Oleh karenanya, orang tua perlu terus mendampingi dan me-ngontrol isi media yang diberikan. batasi juga sang anak dalam menonton program TV, sesuaikan dengan umurnya.
#Pola asuh yang berlebihan
Hindari kebiasaan terlalu memanjakan dan memenuhi semua permintaan anak tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kebiasaan seperti ini akan membuat anak tidak ter-kontrol dan menjadikannya pribadi yang tidak bertanggung jawab. Berikan pengertian bahwa ketika anak berbuat salah, selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung.
#Sering bertengkar di depan anak
Dalam hubungan berkeluarga, perselisihan memang sulit dihindari. Namun terkadang orang tua tidak menyadari ketika sedang terbawa emosi, tanpa sengaja Anda mengumbar pertengkaran di depan anak. Padahal, anak dengan mudah akan mencontoh perilaku yang dilihatnya. Yang lebih buruk lagi, jika anak turut menjadi korban kekerasan orang tua. Perilaku semacam ini dapat memicu timbulnya sifat pendendam pada anak yang akhirnya disalurkan kepada teman di luar rumah dalam bentuk aksi bullying.
Demikian itu, cara mencegah aksi bullying pada anak, semoga bermanfaat, terutama untuk Anda para ibu yang tentunya lebih fokus mengurus anak. Bagikan artikel ini jika Anda menilai tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak.